Sabtu siang tanggal 22 Desember
2012, bangunan kecil bercatkan hijau hitam di Jalan Pawiro Kuat CC tepatnya di selatan kampus FE UII, nampak
ramai dengan orang-orang yang membawa tas-tas besar dipunggungnya seperti akan
berekspedisi ke tempat yang jauh, yaaa itulah bangunan tempat biasa kami
singgah yaitu Komisariat HMI MPO FE UII. Memang hari itu, organisasi HMI FE UII
mengadakan acara tadabur alam ke Pantai Poktunggal, Gunung Kidul. Kami berangkat dari Markas HMI pukul 14.00
dengan naik motor bersama-sama, puluhan motor ikut serta dalam acara tersebut.
Cukup memakan waktu lama juga perjalanan itu, angka di spedometerpun menunjukkan
kalau perjalanan telah menempuh 65 km-an dan jam sudah menunjukkan pukul 16.30
ketika sudah tiba di Poktunggal. Sesampai di Poktunggal, kami mendirikan 8
tenda hingga tak terasa mataharipun telah ikut terbenam dan malampun tiba
karena keasyikan mendirikan tenda. Kamipun tak lupa dengan beribadah kepada
Sang Maha Pencipta dengan melakukan ibadah shalat Maghrib berjama’ah. Untuk
melakukan wudhupun kami harus melakukan sebuah perjuangan karena lampu disana
belum ada, dikarenakan pantai itu tergolong baru dibuka Lebaran bulan Agustus
kemarin. Shalatpun terasa berbeda karena shalat kali ini langsung berhadapan
dengan hamparan pantai yang luas. Angin laut yang berubah air darat pada malam
hari terasa ikut serta beribadah kepada-Nya. Makan malam bersama di pantai
adalah agenda kegiatan selanjutnya acara itu, walaupun kurang penerangan kala
itu, makan terasa tetap nikmat karena makan malam bersama teman-teman HMI. Setelah,
makan malam, teman-teman pengurus, kader, dan pasca struktural sekitar 50an
orang berkumpul duduk bersama dengan ditemani api unggun agenda malam itu yaitu
evaluasi pengurus dan kader. Berbagai evaluasi dilontarkan oleh peserta
evaluasi malam itu, dan diharapkan dengan adanya hal ini komisariat HMI MPO FE
UII menjadi lebih baik lagi dan bersemangat kembali untuk berjuang. Evaluasi
selesai, acara diisi dengan membakar jagu, makan cemilan sambil menikmati
pantai waktu malam hari, sungguh kebersamaan, kekeluargaan yang sangat erat
kala itu muncul. Canda tawa, selengekan,
diskusi ‘ngalor ngidul’ semua tuah ruah disitu. Tiba-tiba hujanpun
datang sehingga kebersamaan itupun terhenti, semua peserta tadabur alampun
bergegas masuk ke tenda masing-masing. Semakin lama, hujanpun semakin deras
padahal mata sudah tidak bersahabat tinggal beberapa watt lagi. Karena hujan
yang deras itu, air sedikit demi sedikit masuk ke tenda, serasa cuci kaki
gratis dalam tenda. Dan akhirnya tertidur juga, entah jam berapa bisa tertidur.
Haripun telah
berganti Ahad, walaupun suara adzan tak terdengar karena kalah dengan deburan
ombak, angin darat yang berubah menjadi air laut, kami melakukan shalat shubuh
berjama’ah pukul 04.30, kali ini ibadah shalat kami berbeda kembali, kalau
kemarin laut tak terlihat karena shalat malam hari, pagi ini laut nampak indah,
betapa bagus kuasa dan ciptaan Allah S.W.T ini. Subhanallah. Beberapa temanpun
ada yang sudah mulai masuk “mencebur”
ke laut karena tak kuasa menahan ingin menikmati indahnya laut dan berenang
ketika di pagi hari. Jam 8 pagi, waktunya makan pagi bersama. Acara
selanjutnya, adalah games, games terdiri dari 3 permainan, yang dilakukan
secara berkelompok. Permainan pertama adalah ular tangga, 1 kelompok terdiri
dari 4-5 orang, dengan cara 1 kelompok di tali dengan tali rafia, paling depan
adalah kepala, dan palig belakang adalah ekor. Kepala ular bertugas untuk
mengambil slayer yang berada di ekor kelompok lain, kompetisi ini dilakukan
dengan persaingan antara 2 kelompok. Games ke 2 adalah tebak kata, dimana salah
satu dari anggota kelompok memperagakan sebuah kata, games yang terakhir adalah
memasukkan air laut ke dalam botol yang dilubangi dengan cara estafet dengan
botol di pinggir pantai. Mau tidak mau, pada games ketiga ini, semua peserta
tadabur alam ikut serta masuk ke pantai, semuapun basah. Matahari tak terasa
sudah diatas kepala tandanya pun hari sudah siang, waktunya untuk makan siang.
Setelah makan siang selesai, acara diakhiri dengan foto bersama. Jam
menunjukkan pukul 13.30, waktunya pulang. Di perjalanan pulang, dihantui rasa
yang tidak akan terlupakan, menginap 2 hari di suatu pantai Poktunggal yang masih
dibilang baru dan belum banyak orang mengunjungi pantai itu, serasa pantai
privat. Sebuah perjalanan hidup, yang suatu saat akan jadi cerita yang menjadi
pelangi hidup organisasi ini. Yakusa !!
Komentar
Posting Komentar