Tak
terasa, penggunaan IFRS di Indonesia sudah memasuki 3 tahun semenjak tahun
2012 untuk pengadopsian IFRS sebagai standar Internasional. Pada waktu tugas
UTS Akuntansi Internasional, telah saya paparkan perbedaan antara US GAAP &
IFRS, manakah yang terbaik diantara keduanya. Pada kesempatan kali ini, saya
akan memaparkan tentang berbagai kendala yang dihadapi dalam penerapan IFRS di
Negara kita, Negara Indonesia.
Tentu
kita sudah tahu, dalam penerapan IFRS ini, sangat dikenal oleh para mahasiswa,
praktisi, dan para pemakai, hal yang paling membedakan dengan IAS adalah dengan
penggunaan nilai wajar (fair value).
Tentu dengan penggunaan nilai wajar akan ada kendala yang dihadapi,
diantaranya:
v Pengukuran
dengan nilai wajar ini dalam laporan keuangan akan menyebabkan banyak angka
dalam laporan keuangan yang tidak berasal dari pencatatan akuntansi. Maksudnya,
data-data nilai wajar yang tersedia pada tanggal pelaporan (31 Desember xxxx)
tidak menyajikan nilai historis (harga perolehan) yang tercatat pada transaksi
awal.
v Nilai
wajar untuk aset dan liabilitas yang memiliki harga pasar aktif mungkin tidak
menimbulkan permasalahan, karena nilai wajar tersebut dapat diandalkan dan
mudah diperoleh. Namun untuk nilai yang tidak terdapat memiliki harga pasar
efektif, memerlukan nilai yang dihasilkan oleh penilai yang independen dan
kredibel (assessor).
v Lagi-lagi,
hal ini ada kendala lagi, sumber daya manusia yang menjadi penilai (assessor)
saat ini mungkin masih bisa dihitung dengan jari. Masih minimnya orang yang
berkecimpung di dalam “appraisal” ini. Tentu ini bisa menjadi sebuah alternatif
pilihan bagi para lulusan mahasiswa Akuntansi menjadi peluang dalam ketatnya
persaingan dalam dunia pekerjaan saat ini.
v Berkenaan
dengan adanya fair value, tentu nilai aset dihitung berdasarkan harga pasar.
Pemerintah dalam hal ini juga harus ikut berperan dalam penerapan IFRS ini
terutama dalam bidang perpajakan. Karena dengan fair value, akan terjadi
revaluasi aktiva. Aset perusahaan cenderung meningkat dan perusahaan
berkewajiban membayar pajak final 10% atas revaluasi aktiva tetap. Tentu
perusahaan saya kira juga mungkin enggan membayar pajak ini karena revaluasi
yang terjadi ini tidak ada aliran kas masuk yang berarti dikarenakan appraisal
(penilaian) akibat dari fair value.
Kendala
yang lain bisa dari Perusahaan yang akan mengadopsi IFRS ini
v Perusahaan
di Indonesia mungkin sudah sekian lama menerapkan standar akuntansi milik
Amerika yaitu US. GAAP , mau tak mau tentu perusahaan akan mengadopsi IFRS yang
menjadi standar Internasional, supaya tak kalah saing dengan perusahaan
lainnya. Salah satu yang akan dilakukan, memberikan pelatihan kepada karyawan
tentang IFRS, tentu para karyawan juga baru mengenal IFRS ini, karena dalam
kurikulum pendidikan perguruan tinggi kebanyakan masih menerapkan US GAAP
tersebut. Biaya untuk pelatihan karyawan sendiri.pun tidak hanya 3-5 juta,
bahkan bisa lebih dari itu. Hal ini tentu menjadikan biaya untuk mengadopsi
IFRS ini menjadi mahal.
v Biaya
yang mahal dengan adanya pelatihan karyawan tadi juga berasal dari Pendidikan
di Indonesia, dalam dunia Pendidikan Perguruan Tinggi masih kurangnya buku
mengenai IFRS yang dibuat oleh akademisi, dosen, praktisi. Sejauh ini, dalam
perguruan tinggi buku tentang IFRS masih mengadopsi dari Boynton, Willey, dll,
dalam mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah, Akuntansi Kombinasi Bisnis, dan
sebagainya tentu hal ini juga menjadi kendala dalam penerapan IFRS di
Indonesia.
v Selain
itu, dari para petinggi akuntansi yaitu DSAK atau yang biasanya ngerumusin SAK.
Dari mereka sendiri minimnya partisipasi dari pihak-pihak yang berkepentingan
dalam setiap “exposure draft” PSAK yang baru akan diberlakukan. Selain itu
status ketua dan anggota DSAK belum bekerja secara “full time” dalam membuat
DSAKdipandang kurang begitu loyal dan independen pada akhirnya.
Kendala
karena lingkungan sosial:
v Pembuatan
IFRS di United Kingdom menjadikan standar tersebut cocok di negara asalnya,
karena hal ini mungkin ada beberapa standar yang terkadang tidak cocok di
sebagian negara, salah satunya negara kita, Indonesia, budaya yang tentu
berbeda. Penerapan undang-undang yang belum tentu sinkron dengan IFRS.
v Perbedaan
bahasa juga bisa menjadi kendala, karena Bahasa asli yang digunakan adalah
bahasa Inggris, ketika standar IFRS yang telah di transleterasi ke Indonesia terkadang
tak sesuai dengan apa yang seharusnya, dan mungkin bisa menjadi salah dalam
pengartian yang bisa mengubah makna dari arti aslinya dan menjadikan perbedaan
standar yang sedikit berbeda antara negara satu dengan yang lain. Perubahan-perubahan
dalam IFRS adalah sangat cepat. Penerjemahan ke Bahasa Indonesia tentu
membutuhkan banyak waktu, dan terkadang ketika Indonesia baru selesai
menerjemahkan, standar IFRS sudah tidak berlaku lagi. Kondisi ini berbanding
terbalik dengan Negara lain yang langsung mengadopsi tanpa menerjemahkan
terlebih dahulu.
Walaupun
masih ada beberapa kendala dalam penerapan IFRS di Indonesia, dan peran
pemerintah masih lemah. Namun tentu kita tak mungkin tidak akan selalu mencoba
untuk meminimalisir dari kendala-kendala yang ada.
Perkembangan
teknologi, kompleksitas transaksi dalam suatu bisnis, globalisasi sekarang yang
semakin tak mengenal sekat, kebutuhan informasi nonkeuangan dalam pengambilan
keputusan, dan faktor etika dalam penyusunan laporan keuangan akan menjadi
tantangan akuntansi di masa datang.
IFRS
hanyalah alat untuk mencapai kemudahan dalam berinvestasi. Yang akan
menggunakan dan mengoptimalkan alat tersebut tidak lain tidak bukan hanyalah
manusia itu sendiri meskipun sedikit dibantu dengan TI, SDM di Indonesia
haruslah dapat memahami dengan baik apa itu IFRS. Tentunya SDM-SDM yang
berhubungan langsung dengan laporan keuangan baik praktisi, pemerintah, hingga
akademisi.
Referensi:
v Martani,
Dwi.2012.Akuntansi Keuangan Berbasis PSAK.Jakarta:Salemba Empat
v http://id.wikipedia.org/wiki/Internationall_Financial_Reporting_Standards
Terimakasih kak! Sangat membantu kala saya sedang mencari bahan untuk menjawab soal^^
BalasHapusSalam kenal dari Auliya yang masih menjadi mahasiswa di ptn Bandung^^
Sama2 Auliya, tetap semangat terus kuliahnya walaupun masih daring
BalasHapus